NPM : 2A213363
TULISAN : SOFTSKILL
SOSIOLOGI DAN POLITIK #
DOSEN : METI
NURHAYATI
Tulisan tentang banjir
Jakarta sebagai Ibukota Negara yang
merupakan citra Negara dan barometer ekonomi, setiap waktu harus ada
peningakatan pembangunan. Akibat dari pembangunan tata ruang yang salah banyak
masyarakat yang tidak lagi mempedulikan lingkungan disekitarnya. Sehingga
banyak masyarakat yang membangun rumah di bantaran sungai dan banyak juga yang
membuang sampah ke sungai. Tidak hanya itu saja penebangan hutan yang tidak
terkontrol juga merupaka penyebab banjir di Jakarta
Setiap kali terjadi banjir di
Jakarta sering terdengar ungkapan banjir itu kiriman dari Bogor. Tudingan itu
muncul karena hampir semua sungai yang bermuara di Jakarta berhulu diwilayah
kabupaten Bogor. Daerah aliran sungai yang berasal dari Bogor adalah DAS
Ciliwung, DAS Cakung, DAS Angke, DAS Sunter, DAS Kalibaru dan DAS Krukut.
Banjir yang terjadi di Jakarta tidak hanya karena aliran air dari Bogor dimana
banjir kiriman berarti hujan hanya terjadi di daerah Bogor, kenyataannya hujan
juga terjadi di Jakarta, ditambah dengan pasang laut. DAS hulu Ciliwung
berbentuk seperti corong yang terdiri dari berbagai anak sungai dan menyempit
di bendungan utama Ciliwung di Katulampa. Seandainya banjir itu limpahan dari
hulu, tentu kota Bogor akan banjir terlebih dahulu.
Banjir merupakan permasalahan yang kompleks, yang
harus segera ditangani agar akibat yang ditimbulkannnya tidak banyak merusak
dan merugikan masyarakat sekitarnya, mengingat Jakarta merupakan Ibukota negara
yang merupakan citra negara dan barometer ekonomi. Usaha-usaha untuk mencegah
dan mengurangi akibat terjadinya banjir harus segera dilakukan. Banjir yang
terjadi di Jakarta akibat dari aktivitas manusia sendiri yang membuang sampah
ke sungai, menebang hutan yang tidak terkontrol dan penempatan tata ruang yang
salah. Dampak dari bencana banjir ini juga disebabkan tidak ada pencegahan dari
pemerintah untuk membantu mencegah bencana banjir yang menlanda ibukota Negara.
Faktor penyebab banjir itu bukan karena alam dan letak geografis saja tetapi
aktifitas manusia yang merusak lingkunagan juga merupakan salah satu penyebab
timbulnya banjir yang di Jakarta
- Pengertian Banjir
Banjir adalah bencana alam yang terjadi secara alami maupun oleh ulah manusia. Sekarang ini banjir sering terjadi disebabkan ulah manusia yang mulai tidak menghiraukan keseimbangan alam Banjir merupakan peristiwa tergenang dan terbenamnya daratan karena volume air yang meningkat. Banjir juga dapat terjadi karena peluapan air yang berlebihan di suatu tempat akibat curah hujan yang tinggi, peluapan air sungai, atau pecahnya bendungan sungai.
Penyebab Banjir
• Curah hujan dalam jangka waktu panjang.
• Erosi tanah menyisakan batuan, hingga tidak ada resapan air.
• Buruknya penanganan sampah, hingga sumber saluran-saluran air tersumbat.
• Pembangunan tempat permukiman dimana tanah kosong diubah menjadi
• Jalan/tempat parkir, hingga daya serap air hujan tidak ada.
• Bendungan dan saluran air rusak.
• Keadaan tanah tertutup semen, paving atau aspal, hingga tidak menyerap air.
• Pembabatan hutan secara liar (Illegal logging).
• Di daerah bebatuan daya serap air sangat kurang, mengakibatkan banjir
• kiriman atau banjir bandang.
• Curah hujan dalam jangka waktu panjang.
• Erosi tanah menyisakan batuan, hingga tidak ada resapan air.
• Buruknya penanganan sampah, hingga sumber saluran-saluran air tersumbat.
• Pembangunan tempat permukiman dimana tanah kosong diubah menjadi
• Jalan/tempat parkir, hingga daya serap air hujan tidak ada.
• Bendungan dan saluran air rusak.
• Keadaan tanah tertutup semen, paving atau aspal, hingga tidak menyerap air.
• Pembabatan hutan secara liar (Illegal logging).
• Di daerah bebatuan daya serap air sangat kurang, mengakibatkan banjir
• kiriman atau banjir bandang.
Dampak dan Kerugian Akibat Banjir
Banjir yang melanda Jakarta biasanya berdampak pada seluruh di kawasan yang tergenang banjir akan lumpuh. Jaringan telepon dan internet terganggu. Listrik di sejumlah kawasan yang terendam juga padam. Sehingga menyebabkan lampu lalu lintas padam dan kemacetan terjadi di banyak lokasi, termasuk di Jalan Tol Dalam Kota. Genangan-genangan air di jalan hingga semeter lebih juga menyebabkan sejumlah akses dari daerah sekitar pun terganggu. Banjir juga membuat sebagian jalur kereta api lumpuh. Lintasan kereta api yang menuju Stasiun Tanah Abang tidak berfungsi karena jalur rel di sekitar stasiun itu digenangi air luapan Sungai Ciliwung sekitar 50 sentimeter.
Akibat Bencana Banjir yang melanda Jakarta, kerugian ditaksir bisa menelan hingga Rp 37 triliun. Dampak itu paling besar bakal dialami warga dan sektor industri.
Banjir besar Jakarta pada 2007 sewaktu-waktu bisa terulang. Situasi itu, bisa terjadi jika dalam kurun 12 jam, terjadi hujan lebat di Bogor, Jakarta, dan Laut Jawa. Curah hujan di Bogor 400 milimeter per hari, lebih dari 150 milimeter di Jakarta, dan 150-200 milimeter di laut, dikhawatirkan bakal melumpuhkan Ibukota.
Dari hasil pemodelannya, curah hujan di Bogor bakal terus meningkat seiring pembangunan Jakarta. Pemanasan global dan wilayah metropolitan bakal memperbanyak uap air yang mengalir dari Laut Jawa ke Bogor.
Banjir yang melanda Jakarta biasanya berdampak pada seluruh di kawasan yang tergenang banjir akan lumpuh. Jaringan telepon dan internet terganggu. Listrik di sejumlah kawasan yang terendam juga padam. Sehingga menyebabkan lampu lalu lintas padam dan kemacetan terjadi di banyak lokasi, termasuk di Jalan Tol Dalam Kota. Genangan-genangan air di jalan hingga semeter lebih juga menyebabkan sejumlah akses dari daerah sekitar pun terganggu. Banjir juga membuat sebagian jalur kereta api lumpuh. Lintasan kereta api yang menuju Stasiun Tanah Abang tidak berfungsi karena jalur rel di sekitar stasiun itu digenangi air luapan Sungai Ciliwung sekitar 50 sentimeter.
Akibat Bencana Banjir yang melanda Jakarta, kerugian ditaksir bisa menelan hingga Rp 37 triliun. Dampak itu paling besar bakal dialami warga dan sektor industri.
Banjir besar Jakarta pada 2007 sewaktu-waktu bisa terulang. Situasi itu, bisa terjadi jika dalam kurun 12 jam, terjadi hujan lebat di Bogor, Jakarta, dan Laut Jawa. Curah hujan di Bogor 400 milimeter per hari, lebih dari 150 milimeter di Jakarta, dan 150-200 milimeter di laut, dikhawatirkan bakal melumpuhkan Ibukota.
Dari hasil pemodelannya, curah hujan di Bogor bakal terus meningkat seiring pembangunan Jakarta. Pemanasan global dan wilayah metropolitan bakal memperbanyak uap air yang mengalir dari Laut Jawa ke Bogor.
Dinas Kebersihan DKI Jakarta memperkirakan sampah
pasca banjir yang telah dibersihkan selama 23 hari sejak awal Februari hingga
akhir Februari 2007 mencapai 32.000 ton.
Sampah pasca banjir yang dikelola langsung oleh Dinas dan Suku Dinas Kebersihan DKI di lima wilayah mencapai 59.227 meter kubik. Sedangkan yang ditangani oleh kendaraan yang kita sewa sebanyak 45.000 meter kubik.
Sementara itu pembersihan sampah yang dibantu oleh alat berat dari Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) mencapai 27.490 meter kubik.
Total sampah yang sudah diangkut selama pembersihan pasca banjir tersebut mencapai 131.717 meter kubik atau setara dengan 32.000 ton. Bila kemarin kita memerlukan waktu 23 hari pembersihan maka sampah rat-rata per hari mencapai 1.432 ton.
Sebelumnya satu lokasi penampungan baru di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bantargebang dibuka khusus untuk tempat pembungan sampah sisa banjir dari Jakarta menyusul dimulainya tahap rehabilitasi ibukota pasca banjir.
Hal itu dilakukan untuk menampung sampah sisa banjir di Jakarta telah dibuka satu titik pembuangan sampah baru di lokasi tersebut yang mampu menampung 500 ton hingga 1.000 ton sampah per hari. Dari dua titik yang sudah ada, kita buka lagi satu titik dengan luas lahan 2,1 hektar dan diberi nama zona Kepala Burung.
Pemprov menyiapkan 130 truk sampah, 70 mobil pemadam kebakaran sementara Dinas Pekerjaan Umum menyiapkan 10 alat berat dan 50 truk bantuan untuk mengangkut sampah. Sementara terdapat 200 truk sampah pinjaman dari pihak swasta yang juga digunakan untuk mengangkut sampah sisa banjir. Sedangkan Kadin membantu dengan meminjamkan 327 alat berat berbagai jenis
Sampah pasca banjir yang dikelola langsung oleh Dinas dan Suku Dinas Kebersihan DKI di lima wilayah mencapai 59.227 meter kubik. Sedangkan yang ditangani oleh kendaraan yang kita sewa sebanyak 45.000 meter kubik.
Sementara itu pembersihan sampah yang dibantu oleh alat berat dari Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) mencapai 27.490 meter kubik.
Total sampah yang sudah diangkut selama pembersihan pasca banjir tersebut mencapai 131.717 meter kubik atau setara dengan 32.000 ton. Bila kemarin kita memerlukan waktu 23 hari pembersihan maka sampah rat-rata per hari mencapai 1.432 ton.
Sebelumnya satu lokasi penampungan baru di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bantargebang dibuka khusus untuk tempat pembungan sampah sisa banjir dari Jakarta menyusul dimulainya tahap rehabilitasi ibukota pasca banjir.
Hal itu dilakukan untuk menampung sampah sisa banjir di Jakarta telah dibuka satu titik pembuangan sampah baru di lokasi tersebut yang mampu menampung 500 ton hingga 1.000 ton sampah per hari. Dari dua titik yang sudah ada, kita buka lagi satu titik dengan luas lahan 2,1 hektar dan diberi nama zona Kepala Burung.
Pemprov menyiapkan 130 truk sampah, 70 mobil pemadam kebakaran sementara Dinas Pekerjaan Umum menyiapkan 10 alat berat dan 50 truk bantuan untuk mengangkut sampah. Sementara terdapat 200 truk sampah pinjaman dari pihak swasta yang juga digunakan untuk mengangkut sampah sisa banjir. Sedangkan Kadin membantu dengan meminjamkan 327 alat berat berbagai jenis
Cara-cara Mengatasi Banjir
Banyak cara untuk mengatasi banjir di Jakarta diantaranya :
1. Menyediakan Sistem Perparitan yaitu dengan membersihkan parit-parit yang telah cetek akibat daripada bahan-bahan kumuhan Dengan ini air limpahan dan hujan dapat dialirkan dengan baik.
2. Projek Pendalaman Sungai. Kebanyakan kejadian banjir berlaku kerana kecetekan sungai. Jika dahulu sungai mampu mengalirkan sejumlah air yang banyak dalam sesuatu masa, kini pengaliran telah berkurangan. Ini disebabkan proses pemendapan dan pembuangan bahan-bahan buangan.
3. Memelihara Hutan. Kegiatan pembalakan di mana penerokaan di kawasan pinggir sungai digemari menyebabkan tanah terhakis dan runtuh ke sungai. Keadaan yang sama juga berlaku apabila aktiviti pembalakan yang giat dilakukan di lereng-lereng bukit.Oleh itu pemeliharaan hutan merupakan cara yang baik untuk mengatasi masalah banjir. Hutan boleh dijadikan kawasan tadahan yang mampu menyerap air hujan daripada mengalir terus ke bumi..
4. Mengawal Aktifitas Manusia. Banjir kilat yang berlaku terutamanya di bandar disebabkan pembuangan samapah dan sisa industri ke sungai dan parit. Bagi menangani masalah ini, kesedaran kepada masyarakat perlu didedahkan supaya aktiviti negatif ini tidak terus dilakukan seperti mengadakan kempen mencintai sungai dan sebagainya.
Banyak cara untuk mengatasi banjir di Jakarta diantaranya :
1. Menyediakan Sistem Perparitan yaitu dengan membersihkan parit-parit yang telah cetek akibat daripada bahan-bahan kumuhan Dengan ini air limpahan dan hujan dapat dialirkan dengan baik.
2. Projek Pendalaman Sungai. Kebanyakan kejadian banjir berlaku kerana kecetekan sungai. Jika dahulu sungai mampu mengalirkan sejumlah air yang banyak dalam sesuatu masa, kini pengaliran telah berkurangan. Ini disebabkan proses pemendapan dan pembuangan bahan-bahan buangan.
3. Memelihara Hutan. Kegiatan pembalakan di mana penerokaan di kawasan pinggir sungai digemari menyebabkan tanah terhakis dan runtuh ke sungai. Keadaan yang sama juga berlaku apabila aktiviti pembalakan yang giat dilakukan di lereng-lereng bukit.Oleh itu pemeliharaan hutan merupakan cara yang baik untuk mengatasi masalah banjir. Hutan boleh dijadikan kawasan tadahan yang mampu menyerap air hujan daripada mengalir terus ke bumi..
4. Mengawal Aktifitas Manusia. Banjir kilat yang berlaku terutamanya di bandar disebabkan pembuangan samapah dan sisa industri ke sungai dan parit. Bagi menangani masalah ini, kesedaran kepada masyarakat perlu didedahkan supaya aktiviti negatif ini tidak terus dilakukan seperti mengadakan kempen mencintai sungai dan sebagainya.
Komentar
dari saya :
• Jakarta sering terjadi banjir disebabkan letak Geografis Ibukota Jakarta yang lebih rendah yang dapat menyebabkan banjir. Pembangunan yang terlalu padat serta banyaknya kerusakan lingkungan dengan banyaknya sampah yang dibuang sembarangan dan tidak adanya pohon-pohon yang dapat meresap air maka Ibukota Jakarta sering terjadi banjir.
• Usaha pemerintah untuk mencegah banjir. Seperti normalisasi sungai, pembangunan situ/waduk, pembangunan polder, penghijauan di puncak. Usaha pemerintah tidak akan efektif tanpa kerjasama dari masyarakat. Masyarakat diharapkan tidak membuang sampah sembarangan dan selalu membuang sampah pada tempatnya dan tidak menebang pohon secara liar agar kestabilan alam dan lingkungan dapat terjaga
• Banjir yang melanda Jakarta biasanya berdampak pada seluruh di kawasan yang tergenang banjir akan lumpuh. Jaringan telepon dan internet terganggu. Listrik di sejumlah kawasan yang terendam juga padam. Sehingga menyebabkan lampu lalu lintas padam dan kemacetan terjadi di banyak lokasi.
• Jakarta sering terjadi banjir disebabkan letak Geografis Ibukota Jakarta yang lebih rendah yang dapat menyebabkan banjir. Pembangunan yang terlalu padat serta banyaknya kerusakan lingkungan dengan banyaknya sampah yang dibuang sembarangan dan tidak adanya pohon-pohon yang dapat meresap air maka Ibukota Jakarta sering terjadi banjir.
• Usaha pemerintah untuk mencegah banjir. Seperti normalisasi sungai, pembangunan situ/waduk, pembangunan polder, penghijauan di puncak. Usaha pemerintah tidak akan efektif tanpa kerjasama dari masyarakat. Masyarakat diharapkan tidak membuang sampah sembarangan dan selalu membuang sampah pada tempatnya dan tidak menebang pohon secara liar agar kestabilan alam dan lingkungan dapat terjaga
• Banjir yang melanda Jakarta biasanya berdampak pada seluruh di kawasan yang tergenang banjir akan lumpuh. Jaringan telepon dan internet terganggu. Listrik di sejumlah kawasan yang terendam juga padam. Sehingga menyebabkan lampu lalu lintas padam dan kemacetan terjadi di banyak lokasi.
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis dapat memberikan saran yang
mungkin dapat berguna untuh mencegah banjir di Jakarta.
• Dalam Upaya mencegah ancaman banjir, warga masyarakat harus sudah mulai membuat sumur-sumur resapan, secara swadaya maupun dengan bantuan pemerintah.
• Pemerinta harus memindahkan warga yang tinggal di daerah dekat pinggiran sungai ke tempat yang lebih aman dari ancaman banjir.
• Pemerintah agar tidak berhenti memberikan peringatan keras kepada seluruh masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarangan dan tidak menebang hutan secara liar.
• Dalam Upaya mencegah ancaman banjir, warga masyarakat harus sudah mulai membuat sumur-sumur resapan, secara swadaya maupun dengan bantuan pemerintah.
• Pemerinta harus memindahkan warga yang tinggal di daerah dekat pinggiran sungai ke tempat yang lebih aman dari ancaman banjir.
• Pemerintah agar tidak berhenti memberikan peringatan keras kepada seluruh masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarangan dan tidak menebang hutan secara liar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar